Baru-baru
ini saya mendapatkan tag berita di Facebook saya. Judulnya “RIP
Jokowi”. Saya pun dengan penasaran mengklik dan dengan hati-hati menyimaknya. Ternyata
isinya adalah cerita dan pernyataan-pernyataan yang kurang pantas. Saya
menggeleng kepala dan merasa menyesal telah mengakses. Pasalnya berita tersebut ternyata hoax, dan merupakan bentuk kampanye hitam. Seorang
teman yang membaca berita tersebut lalu menuliskan pesan di wall saya menanggapinya "wah....politik
memang kejam".
Banyak
orang anti terhadap politik . “Tahu nggak mbak politik Itu penuh kemunafikan. Tujuannya untuk meraih kekuasaan dengan segala cara”, ucap
sahabat saya sembali memainkan rambutnya. Apa mungkin juga demikian. Pasalnya pasca
pertarungan antara Jokowa vs Prabowo, wall FB saya penuh dengan berita janggal yang tidak jarang menjelekkan bahkan menghujat salah satu kandidat.
Namun seringkali tanpa sadari kitapun pernah berpolitik. Kita juga pernah atau tengah ikut serta dalam permainan politik, tapi bukan di lingkup negara melainkan di tempat kita bekerja.
Namun seringkali tanpa sadari kitapun pernah berpolitik. Kita juga pernah atau tengah ikut serta dalam permainan politik, tapi bukan di lingkup negara melainkan di tempat kita bekerja.
Politik di Ruang Kerja
Anda mungkin
membayangkan, jika Anda masih sedikit naif, jika dunia kerja adalah tempat
dimana sistem bekerja dengan baik. Seseorang akan menduduki jabatan karena pengetahuan
dan pengalamannya. Karyawan yang berprestasi akan mendapatkan reward berupa promosi karir. Benarkah dunia
kerja seideal itu?
Ternyata
di tempat kerja juga sering terjadi intrik, manuver dan upaya-upaya dari
seseorang untuk mendapatkan jabatan atau mempertahankan posisi/jabatan. Aksi-aksi
demikian biasa disebut office politic.
John seorang manajer produksi mulai menyadari bahwa jabatan tengah mendapat
ancaman. Beredar desas desus jika ada beberapa kandidat yang tengah mengincar
posisinya, dan mereka memiliki kemampuan yang lebih darinya. Ia menyadari pimpinannya
bisa saja mengeser posisinya sewaktu-waktu. Apalagi saat ini kinerjanya tengah menurun.
John
lalu memasang akal untuk mempertahankan posisinya. Cara yang ia pilih adalah mengkambinghitamkan
rekan kerja, atasan maupun bawahannya atas kinerjanya yang sedang redup. Ia juga
bisa memainkan strategi Asal Bapak Senang (ABS) untuk merebut hati atasannya
dengan memberikan service yang tidak
berhubungan dengan pekerjaan. Secara diam-diam ia menghasut dan menyebarkan fitnah
terhadap pesaingnya. Ia juga mengklaim kesukesan orang lain sebagai keberhasilannya.
Lalu pertanyaannya mengapa office politic terjadi? Tidak
karena adalah upaya seseorang atau sekelompok orang ingin mempertahankan
jabatan, kedudukan, posisinya status quo. Adanya office politic kadang bisa meresahkan dan melahirkan konflik di
tempat kerja. Namun hal tersebut seringkali tak terhindari.
Contohnya;
Ada seorang atasan yang kurang menyukai bawahannya sebut saja A, karena A
adalah orang kepercayaan pemilik perusahaan. Si A tidak berpendidikan, dan ia
sudah lebih dari 13 tahun mendampingi si pemilik perusahaan sebagai pembantu
rumah tangga. Imbalan untuk kesetiaannya, semua kebutuhan hidup A ditanggung
oleh pemilik perusahaan, bahkan sampai menyekolahkan anak A hingga perguruan
tinggi bahkan saat anak A lulus, pemilik perusahaan ini pula yang memberikan posisi
di salah satu anak perusahaannya. Selain menjadi anak emas, A juga berpenghasilan
melebihi atasannya di kantor dimana A ditempatkan. Kondisi demikian membuat sang
atasan gerah. Iapun berusaha mencari cara agar kinerja A terlihat buruk. Ia lalu
memanfaatkan sifat A yang mudah tersinggung. Ia menyulutnya dengan menghembuskan
tuduhan-tuduhan negatif terhadap A yang membuatnya merasa tertekan dan dan
mudah marah. Hal tersebut menyebabkan beberapa karyawan kurang suka dengan
sifat A, hingga akhirnya saat penilaian kerja skor kinerja A rendah.
Contoh
yang lain; saat saya masuk kedalam sebuah organisasi dimana saya dihire menata ulang HR system, sebuah perusahaan besar dengan budaya feodal yang masih
kental. Singkat cerita dengan latar belakang permasalahan yang ada akhirnya
diputuskan untuk melakukan mapping kondisi yang terjadi di perusahaan tersebut.
Dengan menggunakan dasar teori Herzberg
saya mencoba untuk melakukan mapping
yang salah satu metodenya adalah interview
dan diskusi kelompok. Dari hasil mapping
saya menemukan ada gap di dalam perusahaan dimana ada sekelompok orang yang
mencoba untuk membuat persepsi negatif terhadap kepemimpinan salah satu direksi
baru, dengan cara memelintir informasi sehingga banyak timbul rumor yang
meresahkan. Setelah saya telusur dan cek kebenaran dari rumor yang ada, kesimpulan
saya ada sebagian orang yang tidak menyukai keberadaan direksi baru ini. Entah
karena beliau menggoncang zona nyaman yang sudah ada, atau karena ada yang
merasa menjadi orang kedua setelah beliau masuk yang sebelumnya merupakan orang pertama.
Banyak
dari kita yang masih sulit mengenali dan mengatasinya. Tidak ada orang yang kebal
akan permainan politik ini. Namun yang perlu disadari, politik kantor adalah
sebuah permainan. Secara alami setiap orang memiliki dorongan bersaing dan
berkompetisi. Gejolak adrenalin yang dirasakan dalam persaingan adalah kekuatan
luar biasa yang dapat menggerakkan seseorang untuk mencapai tujuannya. Tidak
saja melalui kinerja yang terbaik namun juga berbagai manuver yang kadang tidak
berhubungan dengan pekerjaan.
Dalam
permainan politik, ada pemain-pemainnya dan serangkaian peraturan tak tertulis
untuk dihadapi. Ada sistem, elemen-elemen dan tentunya juga hasil atau akibat. Tidak
ada teman abadi atau musuh abadi dalam permainan politik. Seseorang berusaha
menjadi unggul dan mendapatkan posisi lebih baik diantara sesama rekan kerja. Tetapi
bila orang tersebut terlalu memaksakan kehendak, kemajuan kariernya malah
mungkin bisa terhambat.
Sesungguhnya office politic dapat diatasi melalui
komunikasi. Dengan meningkatkan komunikasi dan rasa saling mengerti akan
menghasilkan lingkungan kerja yang kondusif. Hanya saja kondisi bebas office politic sulit terjadi sehingga Anda perlu mengetahui cara
aman berada di tengah arena permainan dimana berbagai kekuatan bersaing satu
sama lain, layaknya persaingan antara Jokowi dan Prabowo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar