Jokowi vs Prabowo di Kantor Anda?



http://assets.kompasiana.com/statics/files/14005904401202211376.jpg
Baru-baru ini saya mendapatkan tag berita di Facebook saya. Judulnya “RIP Jokowi”. Saya pun dengan penasaran mengklik dan dengan hati-hati menyimaknya. Ternyata isinya adalah cerita dan pernyataan-pernyataan yang kurang pantas. Saya menggeleng kepala dan merasa menyesal telah mengakses. Pasalnya berita tersebut ternyata hoax, dan merupakan bentuk kampanye hitam. Seorang teman yang membaca berita tersebut lalu menuliskan pesan di wall saya menanggapinya  "wah....politik memang kejam".
Banyak orang anti terhadap politik . “Tahu nggak mbak politik Itu penuh kemunafikan. Tujuannya untuk meraih kekuasaan dengan segala cara”, ucap sahabat saya sembali memainkan rambutnya.  Apa mungkin juga demikian. Pasalnya pasca pertarungan antara Jokowa vs Prabowo, wall FB saya penuh dengan berita janggal yang tidak jarang menjelekkan bahkan menghujat salah satu kandidat. 

Namun seringkali tanpa sadari kitapun pernah berpolitik. Kita juga pernah atau tengah ikut serta dalam permainan politik, tapi bukan di lingkup negara melainkan di tempat kita bekerja.
Politik di Ruang Kerja
Anda mungkin membayangkan, jika Anda masih sedikit naif, jika dunia kerja adalah tempat dimana sistem bekerja dengan baik. Seseorang akan menduduki jabatan karena pengetahuan dan pengalamannya. Karyawan yang berprestasi akan mendapatkan reward berupa promosi karir. Benarkah dunia kerja seideal itu?
Ternyata di tempat kerja juga sering terjadi intrik, manuver dan upaya-upaya dari seseorang untuk mendapatkan jabatan atau mempertahankan posisi/jabatan. Aksi-aksi demikian biasa disebut office politic. John seorang manajer produksi mulai menyadari bahwa jabatan tengah mendapat ancaman. Beredar desas desus jika ada beberapa kandidat yang tengah mengincar posisinya, dan mereka memiliki kemampuan yang lebih darinya. Ia menyadari pimpinannya bisa saja mengeser posisinya sewaktu-waktu. Apalagi  saat ini kinerjanya tengah menurun.
John lalu memasang akal untuk mempertahankan posisinya. Cara yang ia pilih adalah mengkambinghitamkan rekan kerja, atasan maupun bawahannya atas kinerjanya yang sedang redup. Ia juga bisa memainkan strategi Asal Bapak Senang (ABS) untuk merebut hati atasannya dengan memberikan service yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Secara diam-diam ia menghasut dan menyebarkan fitnah terhadap pesaingnya. Ia juga mengklaim kesukesan orang lain sebagai keberhasilannya.
Lalu pertanyaannya mengapa office politic terjadi? Tidak karena adalah upaya seseorang atau sekelompok orang ingin mempertahankan jabatan, kedudukan, posisinya status quo. Adanya office politic kadang bisa meresahkan dan melahirkan konflik di tempat kerja. Namun hal tersebut seringkali tak terhindari.
Contohnya; Ada seorang atasan yang kurang menyukai bawahannya sebut saja A, karena A adalah orang kepercayaan pemilik perusahaan. Si A tidak berpendidikan, dan ia sudah lebih dari 13 tahun mendampingi si pemilik perusahaan sebagai pembantu rumah tangga. Imbalan untuk kesetiaannya, semua kebutuhan hidup A ditanggung oleh pemilik perusahaan, bahkan sampai menyekolahkan anak A hingga perguruan tinggi bahkan saat anak A lulus, pemilik perusahaan ini pula yang memberikan posisi di salah satu anak perusahaannya. Selain menjadi anak emas, A juga berpenghasilan melebihi atasannya di kantor dimana A ditempatkan. Kondisi demikian membuat sang atasan gerah. Iapun berusaha mencari cara agar kinerja A terlihat buruk. Ia lalu memanfaatkan sifat A yang mudah tersinggung. Ia menyulutnya dengan menghembuskan tuduhan-tuduhan negatif terhadap A yang membuatnya merasa tertekan dan dan mudah marah. Hal tersebut menyebabkan beberapa karyawan kurang suka dengan sifat A, hingga akhirnya saat penilaian kerja skor kinerja A rendah.
Contoh yang lain; saat saya masuk kedalam sebuah organisasi dimana saya dihire menata ulang HR system, sebuah perusahaan besar dengan budaya feodal yang masih kental. Singkat cerita dengan latar belakang permasalahan yang ada akhirnya diputuskan untuk melakukan mapping kondisi yang terjadi di perusahaan tersebut. Dengan menggunakan dasar teori Herzberg saya mencoba untuk melakukan mapping yang salah satu metodenya adalah interview dan diskusi kelompok. Dari hasil mapping saya menemukan ada gap di dalam perusahaan dimana ada sekelompok orang yang mencoba untuk membuat persepsi negatif terhadap kepemimpinan salah satu direksi baru, dengan cara memelintir informasi sehingga banyak timbul rumor yang meresahkan. Setelah saya telusur dan cek kebenaran dari rumor yang ada, kesimpulan saya ada sebagian orang yang tidak menyukai keberadaan direksi baru ini. Entah karena beliau menggoncang zona nyaman yang sudah ada, atau karena ada yang merasa menjadi orang kedua setelah beliau masuk yang  sebelumnya merupakan orang pertama.
Banyak dari kita yang masih sulit mengenali dan mengatasinya. Tidak ada orang yang kebal akan permainan politik ini. Namun yang perlu disadari, politik kantor adalah sebuah permainan. Secara alami setiap orang memiliki dorongan bersaing dan berkompetisi. Gejolak adrenalin yang dirasakan dalam persaingan adalah kekuatan luar biasa yang dapat menggerakkan seseorang untuk mencapai tujuannya. Tidak saja melalui kinerja yang terbaik namun juga berbagai manuver yang kadang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
Dalam permainan politik, ada pemain-pemainnya dan serangkaian peraturan tak tertulis untuk dihadapi. Ada sistem, elemen-elemen dan tentunya juga hasil atau akibat. Tidak ada teman abadi atau musuh abadi dalam permainan politik. Seseorang berusaha menjadi unggul dan mendapatkan posisi lebih baik diantara sesama rekan kerja. Tetapi bila orang tersebut terlalu memaksakan kehendak, kemajuan kariernya malah mungkin bisa terhambat.
Sesungguhnya office politic dapat diatasi melalui komunikasi. Dengan meningkatkan komunikasi dan rasa saling mengerti akan menghasilkan lingkungan kerja yang kondusif. Hanya saja kondisi bebas office politic sulit terjadi sehingga Anda perlu mengetahui cara aman berada di tengah arena permainan dimana berbagai kekuatan bersaing satu sama lain, layaknya persaingan antara Jokowi dan Prabowo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar